Tim LIPI Temukan 5 Spesies Baru

Selasa, 22 Januari 2008

Selasa, 22 Januari 2008 Gunung Ciremai banyak didiami reptil dan amfibi. Sedikitnya, ada 47 jenis spesies reptil ditemukan di gunung yang secara geografis berada di dua kabupaten, yakni Kab Kuningan dan Kab Majalengka.GUNUNG Ciremai ternyata menjadi sebuah surga bagi berbagai spesies reptil dan amfibi di Indonesia. Mulai ular, bunglon, kadal, hingga katak banyak ditemukan di hutan kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Tim ekspedisi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Puslit Biologi LIPI) dalam kurun waktu 2006-2007 menemukan 47 jenis spesies reptil dan amfibi.Sebanyak 43 di antaranya sudah terekam pernah dipublikasi, sedangkan sisanya sedang dalam proses penelitian lebih lanjut.
Ditemukan juga spesies mamalia dan burung baru.”Kami melakukan ekspedisi dengan dasar awal penelusuran berdasarkan rekaman citra satelit yang menunjukkan beberapa daerah memiliki warna yang berbeda,” jelas Peneliti Reptil dan Amfibi Puslit Bilogi LIPI,Awal Riyanto. Menurut Awal, selama perjalanan ekspedisi, data rekam citra satelit dilakukan pada April 2006 dan Juni 2007 dengan menggunakan jalur perjalanan yang berbeda. Dalam data rekam satelit, ditunjukkan wilayah yang masih berwarna hijau. Artinya, bisa dilintasi melalui jalur pendakian yang sudah ada,yakni Linggarjati dan Apuy.”Kami ingin membuktikan apa yang membuat warna foto satelit itu berbeda. Kami ingin tahu bedanya dari vegetasi maupun faunanya. Kebetulan, semua klop dengan alur pendakian, sehingga kami tidak begitu susah untuk mendirikan kemah dan lain-lain,”paparnya. Selama perjalanan,Awal mengaku menemukan dua jenis spesies katak yang hanya ada di Pulau Jawa, yaitu katak jenis huiamasoni dan microhyllachatina. Dalam observasinya,Awal menemukan katak jenis ini pada ketinggian hingga 1.600 meter di atas permukaan laut (dpl).Berdasarkan pola hidupnya,katak tidak bisa hidup jauh dari air. Sementara danau di Gunung Ciremai terletak di kaki gunung. Pada akhirnya,Awal mengetahui katak bisa ditemukan di lereng gunung karena ada beberapa tempat penampungan air yang dibuat petani setempat. Dia juga menemukan tiga spesies reptil yang diduga spesies baru,meskipun ini masih memerlukan kajian lebih lanjut.Ketiga jenis spesies tersebut satu di antaranya merupakan ular kecil jenis elapoidis, dua lainnya adalah kadal jenis sphenomorphus tomminckiidan cyrtodactilus.Awal menjelaskan, jenis ular yang dia temukan memiliki tubuh berwarna kemerahan dan bersarang di dalam tanah. Panjang tubuhnya kurang dari 1 meter dengan diameter seukuran jari kelingking orang dewasa.Ketika ditemukan, ular ini sedang berjalan di atas tanah hutan sekitar pukul 22.00 WIB.Awal mengaku belum mengetahui pasti makanan ular kecil ini. ”Ular ini mungkin jenis baru dan endemik. Tapi saya harus mengkaji lagi. Paling tidak,menemukan lagi lima spesies dari kelompok yang sama untuk membandingkan. Juga satu lagi jenis yang sama untuk memperbandingkan spesimennya.Ular ini sudah kami koleksi basah dengan alkohol.Kemungkinan besar jenis baru,”terang Awal. Dia mengungkapkan, dari 10 jenis ular yang ada di kawasan Gunung Ciremai, timnya hanya menemukan 9 jenis,kecuali ular piton. Padahal, masyarakat setempat mengaku sering menemukan jenis ular tersebut. ”Untuk melakukan pengamatan terhadap jenis binatang yang tidak bersarang, memang agak sulit.Piton merupakan jenis ular yang tidak selalu menetap dalam satu tempat,”beber Awal. Sementara itu, kadal jenis cyrtodactilus, kulitnya berwarna cokelat terang bercampur hitam dan ada motif untaian rantai pada bagian punggung. Panjangnya sekitar 6 cm dengan ukuran tubuh sebesar jempol orang dewasa. Kadal ini hidup di pohon-pohon dekat sungai sebab habitatnya memang di dekat air. Menurut Awal, spesies kadal yang ditemukannya sangat berpotensi menjadi kandidat spesies baru dan endemik,namun masih memerlukan pengkajian lebih lanjut.Sedangkan kadal sphenomorphus tomminckii, ukuran tubuhnya hanya sebesar jari kelingking orang dewasa.Warna kulitnya hitam mengkilat dengan panjang kurang dari 10 Cm. Untuk membedakan kadal betina dan jantan, bisa dilihat dari dadanya. Bila dadanya berwarna merah,berarti kadal itu jantan. Sedangkan bila dadanya berwarna putih, jenis kelaminnya betina. Kadal jenis ini tinggal di tanah hutan. Menurut Awal, kadal ini banyak ditemukan di ketinggian 1500-1800 meter dpl pada jalur pendakian Apuy.”Tapi anehnya ketika kami melakukan pendakian melalui Linggarjati, tidak ketemu,”ujarnya.Ekspedisi yang merupakan bagian dari sensus-spesies di Indonesia ini memang cukup membawa hasil. Beragam jenis spesies reptil dan amfibi bisa ditemui di Gunung Ciremai. Awal mengungkapkan, timnya juga menemukan jenis biawak hingga jenis iguana. ”Kami menemukan banyak jenis iguana di Hutan Seda.Yang membuat kami takjub, di Hutan Seda masih ada pohon yang diameternya besar sekali. Sementara di Gunung Ciremainya sendiri tidak kami temukan. Hutan Seda jika dikelilingi dengan berjalan kaki hanya butuh sekitar 15 menit,” papar Awal. Dia mengisahkan, sejak melakukan penelitian terhadap reptil dan amfibi pada 2000 hingga 2007, keberadaan habitat hewan jenis ini memang semakin terancam.Reptil termasuk binatang yang eksotik sehingga sering ditangkap untuk diperdagangkan. Jual beli reptil masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam. Kegiatan penangkaran agar habitatnya di alam tidak terganggu, belum banyak dilakukan. Buaya, ular, hingga biawak biasanya diambil kulitnya untuk dijadikan komoditas. Kura-kura jenis bulus dan ular cobra untuk dikonsumsi, sementara kadal, iguana, atau kura-kura dijadikan binatang peliharaan. ”Menurut saya, seharusnya satwa-satwa endemik dilakukan penangkaran terlebih dahulu sebelum diperjualbelikan. Saat ini, populasinya sudah terbatas. Jenis reptilreptil itu tidak akan bisa lagi ditemui di alam apabila sering ditangkap dan dijual,” tandasnya. (abdul malik) Sumber : Koran Sindo (19 Januari 2008)

0 komentar:

E-book

  © Free Blogger Templates Columnus by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP